"Kenapa WHY? Dakwah selalu ALWAYS diPersekusi?"

Persekusi Dakwah

"Kenapa WHY? Dakwah selalu ALWAYS diPersekusi?"

(Heran , Tulisan gak penting kalau mau baca ya mangga enggak ya wis)

Oleh : Asma'

Ketika sosok lebih diperhatikan ketimbang apa yang dia bawa dan bicarakan…

Ketika cap buruk dengan mudahnya diberikan pada kelompok yg maksudnya ingin menyadarkan…

Ketika suara mayoritas lebih disukai ketimbang suara minoritas yg terdengar aneh tanpa peduli apa isi yg dibicarakan…

Maka di mana kita letakkan akal utk mencari tahu kebenaran? Untuk menelaah dalil yang dipaparkan?

Maka di mana kita letakkan hati yg terbuka utk menerima ilmu, nasehat dan kritikan dari orang lain?

Jika sosok atau kelompok itu terlampau buruk dalam pandanganmu, maka hapuskan bayangannya dari benakmu, namun telaahlah apa yg dibawa, apa yg diucapkan, dan yg terpenting dalil yg digunakan. Jika semua itu ternyata sesuai dgn hati nuranimu, sesuai dgn fitrahmu sbg manusia, dapat memuaskan akalmu dan menentramkan hatimu, maka apakah yg menghalangi utk percaya dan ikhlas mengatakan “iya”…?

Ada perbedaan yang jauh sekali antara membenci manusia dengan membenci kemaksiatan…

Ada perbedaan yang jauh sekali antara memperingatkan dan menasehati, dengan mencerca dan menghina…

Biasanya, saat seseorang mengungkapkan sesuatu, akan bisa ditangkap berbeda oleh orang yang mendengarkannya. Kenapa? Karena semua dikembalikan pada ‘hati’. Jika hati ikhlas menerima kritik, mendengarkan nasehat dari orang lain, dan mau membuka diri, maka penerimaannya akan baik. Sedangkan hal ini akan ditangkap berbeda jika hati tak mau di ajak ‘bekerjasama’. Sebaik apapun bahasa seseorang, jika ‘hati’ masih tak mau bekerjasama, maka akan tetap terasa sebagai sindiran, hinaan dan cercaan yang membuat kita jadi sangat tersinggung.

Kita harus jeli membedakan mana yg termasuk amar ma’ruf nahi munkar dan mana yg termasuk fitnah perusak ukhuwah…

Apakah protes tegas terhadap kemakisatan tidak diperbolehkan dalam agama? Jika ada peraturan penguasa yang mencabik2 hak seorang muslim untuk menjalankan syariat agamanya dan meraup uang rakyat demi kepentingan pribadi, apa lantas kita harus diam dan tak boleh bersuara? Tak boleh menegur dan menasehati mereka? Tak boleh menjelaskan pada masyarakat mana yg salah dan mana yg benar?

Mungkin kisah-kisah dibawah ini bisa kita jadikan bahan perenungan.

Ada banyak sekali contoh kisah para ulama terdahulu yg hidupnya berada dalam penyiksaan fisik dan psikis akibat keberanian dan ketegasannya dalam menentang kedzliman penguasa. Mereka tabah dan sabar menghadapi segala macam tantangan dan halangan demi memperjuangkan islam dan umatnya, bukan demi membela kepentingan pribadi, pemimpin, atau kelompoknya. Mereka tidak menyembunyikan apalagi memutar balikkan syariah Islam.

Hasan Al Bashri adalah seorang di antara para ulama yg begitu besar rasa takutnya kepada Allah. Sebaliknya, ia tak pernah gentar terhadap penguasa dunia yg lalim. Beliau berani menentang penguasa Hijaj bin Yusuf ats-Tsaqafi, penguasa Iraq yg lalim pada zamannya. Ia berani mengungkap keburukan perilaku penguasa tersebut di hadapan rakyat dan menyampaikan kebenaran di hadapannya. Beliau sangat terkenal dengan ucapannya, ”Sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian dari para pemilik ilmu untuk menjelaskan ilmu yg dimilikiNya kepada manusia dan tidak menyembunyikannya.” karena keberaniannya itulah beliau harus menanggung penderitaan.

Demikian pula Sufyan ats Tsauri. Rasa takutnya kepada Allah begitu besar. Sebaliknya, keberaniannya terhadap penguasa lalim pun tak diragukan. Ia pernah menentang apa yg dilakukan penguasa Abu Ja’far al Manshur ketika dia mendanai dirinya dan para pengikutnya yang beribadah haji ke Baitul Haram dalam jumlah yg sangat besar, yg diambil dari baitul mal milik kaum muslim. Dengan sikapnya ini, hampir saja polisi al-manshur membunuh sufyan.

Abu hanifah pernah menolak jabatan yang ditawarkan Abu Ja’far al-manshur dan menolak uang 10.000 ribu dirham yg akan dberikan kepadanya. Kemudian ia ditanya oleh seseorang, ”apa yg anda berikan kepada keluarga anda, padahal anda telah berkeluarga.” beliau menjawab, ”keluargaku kuserahkan pada Allah, sebulan aku cukup hidup dengan 2 dirham saja,”

Dalam riwayat lain disebutkan, suatu ketika khalifah muawiyah hendak memulai pidatonya. Saat itu Abu Muslim al Khaulani segera berdiri dan berkata bahwa ia tidak mau mendengar dan menaati khalifah. Ketika ditanya alasannya, beliau menjawab ”karena engkau telah berani memutuskan bantuan kepada kaum muslim. Padahal harta itu bukan hasil keringatmu dan bukan harta ayah-ibumu.” mendengar itu khalifah muawiyah sangat marah. Ia lalu turun dari mimbar, pergi dan sejenak kembali dengan wajah yg basah. Ia membenarkan apa yg dikatakan Abu Muslim dan mempersilahkan siapa saja yg merasa dirugikan boleh mengambil bantuan dari baitul mal (Al Badri, Al Islam bayna al ulama’ wa al hukkam, hlm. 10)

lalu bagaimana dengan Rasulullah? Rasulullah dahulu berdakwah dikalangan kafir quraisy yg hidupnya sangat amat jahiliyah. Perzinahan, pembunuhan terhadap anak perempuan, penyiksaan terhadap kaum wanita, penyembahan terhadap berhala, dan segala macam jenis kemaksiatan lainnya terjadi disana. Dakwah Rasulullah pada saat itu mendobrak tatanan hidup kafir quraisy yg sudah menganggap semua jenis kemaksiatan itu sebagai sesuatu yg lumrah dan sudah jadi bagian dari tradisi sehari-hari. Itulah yg membuat para penguasa kafir quraisy berang (marah besar) akan kemunculan rasulullah dan dakwah yg disampaikannya. Mereka merasa kedudukan mereka sebagai pemimpian kaum quraisy mulai terganggu bila banyak rakyatnya yg mau mengikuti agama yg dibawa Rasulullah dan mengikuti segala aturan dari agama tersebut. Itulah mengapa Rasulullah pun disiksa oleh penguasa quraisy pada masa itu.

kadang ada beberapa hal dalam hidup ini yg perlu ketegasan. Tidak selamanya kelemah lembutan itu yg membawa kebaikan. Apalagi dengan tipe masyarakat yg sekarang, yg lebih banyak tak acuh terhadap suara ulama, hidup semaunya sendiri dan bebas tanpa aturan, merasa diri islam dan cukup dengan keislamannya itu, tidak lantas mau peduli pada aturan yg diberikan agamanya. Ketegasan juga dibutuhkan untuk menertibkan ummat yg seperti ini. Dan itulah tugas utama ulama.

Ulama seharusnya berani berusra dengan tegas dan lantang menyerukan ummat dan para pemimpin untuk kembali pada syariat islam, kembali pada agama Allah yg indah, dan menjadikan dunia hanya sebagai ‘kuda tunggangan’, bukan sebaliknya.

Ulama seharusnya tidak mendiamkan, tidak menyetujui dan tidak mendukung kedzaliman dan siapapun yg berbuat dzalim. Karena Allah sudah tegas berfirman:

”Janganlah kalian cenderung (la tarkanuu) kepada orang-orang yg berbuat dzalim, yg dapat mengakibatkan kalian disentuh api neraka.” (QS. Hud [11]: 113

Ada kenyataan pahit yang saya temukan setelah berdiskusi dengan beberapa teman mengenai islam, mengenai penegakan syariat islam dan khilafah. Dari diskusi ini saya mengambil kesimpulan “intensitas mengenal seseorang yang lama, bahkan sampai bertahun-tahun tidak lantas membuat kita benar-benar bisa saling memahami karakter pribadi masing-masing”. Mereka yang saya pikir akan welcome dan dengan senang hati diajak untuk mendiskusikan agama malah terkesan acuh tak acuh dan risih jika diajak mendiskusikan hal seperti itu, mendiskusikan sesuatu yang terkesan beda dan aneh, mendiskusikan tema yang asing di telinga, mendiskusikan sesuatu yang berada di luar ‘zona nyaman’ mereka.

Ada begitu banyak toleransi terhadap kemaksiatan, toleransi terhadap penyimpangan hukum Allah, semua serba di toleransi, begitulah kesimpulan yang saya ambil dari gaya bahasa rekan-rekan saya tersebut. Sudah mulai rancu batasan maksiat ada di mana, sudah mulai rancu antara mana yang jelas-jelas haram dan mana yang mubah, semuanya jadi rancu karena mereka lebih banyak menggunakan dalil logika dan akal-akalan manusia (yang serba terbatas) dalam melihat problematika ummat.

Ketika saya tanyakan “apa dalilnya shahihnya? Apakah ada di Al Qur’an dan As sunnah?” mereka sering berkelit dari pertanyaan macam ini, tidak mau menjawab langsung atau ada yang terang-terangan mengatakan “saya tidak cukup ilmu untuk memberikan dalil”, padahal dalam setiap langkah yang kita ambil harus didasarkan pada aturan Allah, didasarkan pada syariat islam, sudah sesuaikan langkah kita itu dengan ketentuan Allah? Sudah sesuaikah dengan ajaran yang dibawa Rasulullah? Adakah dalilnya? Kuatkah dalil itu? Harusnya itu yang kita pikirkan baik-baik sebelum mengambil langkah, sebelum mengambil keputusan, sebelum percaya dan yakin pada sesuatu atau seseorang.

Bahkan ada salah satu diantara mereka (yang ber’aliran’ tertentu, saya rasa tidak perlu saya sebutkan aliran apa, agar tidak menyinggung perasaan pembaca) yang mengatakan hizbut tahrir itu sesat, hizbut tahrir itu keliru, Rasulullah tidak pernah mengajarkan ummatnya untuk berpolitik, tidak pernah mendirikan daulah islam, dan bisyarah Rasulullah tentang khilafah itu tidak ada. Saya lantas berpikir, “Ah, selama ini ada saja beberapa anggota masyarakat yang berpikir bahwa HT itu perusak ukhuwah, karena sering memprotes kebijakan pemerintah. Tapi kok oknum2 seperti seperti ini tidak pernah ada yang tahu. Oknum-oknum yang menebar kebencian dari belakang. Mereka diam-diam, dibalik layar, mengkaji tentang keburukan hizbut tahrir (menurut versi mereka, tanpa pernah mencari tahu apakah memang benar demikian, memang benar buruk) dan mencap saudara sesama muslim nya sebagai pengikut aliran sesat, hanya karena menurut mereka negara islam itu sudah ada (Saudi arabia) dan tidak perlu lagi didirikan negara islam lainnya, hanya karena kesalah-pahaman tentang materi qadha dan qadar.” Orang-orang inilah yang sebenarnya cocok diberikan label perusak ukhuwah, tukang sebar fitnah tak berdasar, penebar kebencian terhadap sesama muslim.

Tapi yang selama ini yang diberikan cap jelek itu siapa? Selalu hizbut tahrir. Kenapa? Karena apa yang dibawa hizbut tahrir itu terkesan ‘gila, aneh, utopis, tidak real, tidak relevan untuk keadaan masyarakat’ bagi sebagian orang.

Ada pula yang mengatakan HT Cuma ngomong doang, bisanya hanya menyebarkan kebencian dan menjelek-jelekkan saudara sesama muslim sendiri.

Ya Rabbi...

pemikiran seperti ini lebih tidak bijak lagi. Sekarang jika saya tanya balik, pernah HT itu menyebarkan aib pribadi si fulan atau fulanah? Pernah kami menjelek-jelekkan fisiknya, mengorek-ngorek aib keluarganya seperti yang dilakukan oleh para pelaku black campaign? Pernah? Coba diperhatikan lagi, ditelaah lagi, apa sih yang biasanya kami lakukan? Kami memprotes kebijakan mereka, terutama kebijakan yang bertentangan dengan islam, bertentangan dengan hukum Allah, bertentangan dengan syariat, itu yang kami lakukan. Jika semua orang hanya boleh bicara lemah lembut, lantas siapa yang akan bicara dengan lantang dan tegas mengatakan “Ini HARAM, ini tidak diperbolehkan dalam Islam! Tinggalkan ini, jangan ikuti lagi. Mari kembali pada jalan Islam yang lurus.”

Bukankah itu namanya nahi mungkar, mencegah dari kemungkaran, menyuarakan contoh-contoh kemaksiatan terhadap Allah di tengah-tengah masyarakat agar mereka sadar bahwa “oh iya, ini salah, harusnya kita sebagai muslim tidak begini.” Dan apakah kami hanya bisa protes-protes di jalan dan di sosmedd saja? Jelas tidak. Hizbut tahrir itu sudah sering, bahkan terlalu sering, mendatangi langsung oknum pemerintah yang bersangkutan, untuk memberikan nasehat agar mereka tidak melakukan hal-hal yang dibenci Allah dan dilarang agama. Tapi tak pernah digubris oleh si bapak-bapak dan ibu-ibu penguasa itu. pernah ada yang tahu metode kami yang seperti ini? Pernah di blow up media? Hanya demo-demo nya saja mungkin yang di blow up, agar kelihatan jeleknya hizbut tahrir di hadapan masyarakat.

Tahu sendiri lah media yang ada sekarang sudah di setting dengan sedemikian rupa, sesuai permintaan pemilik kepentingan, “by request” istilahnya.

Saya pernah mendapatkan perumpamaan yang bagus sekali dari musyrifah (guru ngaji) saya tentang perbedaan gaya dakwah Umar bin Khattab dan Abu Bakar Asy Syidiq. Abu bakar adalah orang yang lembut sekali hatinya, lembut tutur katanya, hampir tidak pernah marah. Sedangkan Umar adalah orang yang tegas, keras, garang terhadap kemaksiatan, bahkan Syaithan pun takut padanya, sedikit-sedikit pedang, sedikit-sedikit pedang. Lantas apakah kemuliaan abu bakar jauh lebih tinggi dibanding umar bin khattab hanya karena sifatnya yang jauh lebih lembut dalam berdakwah? Tentu tidak.

Setiap orang itu punya gaya bahasa dan penyampaian yang berbeda-beda, ada yang lembut, ada yang senang menjelaskan panjang lebar, ada yang penjelasannya singkat padat dan jelas, dan ada yang tegas, terkesan saklek dan keras. Apakah yang keras itu salah? Selama yang ia suarakan adalah amar maqruf nahi mungkar, semafhum saya tidak ada yang salah. Toh tidak sampai merusak fasilitas umum kan? Palingan hanya menyindir sedikit lewat tulisan.

Ada pula beberapa orang yang tiba-tiba muncul untuk menanyakan ini dan itu, saya kurang tahu maksudnya memang ingin tahu, atau ingin mengetes kemampuan, atau untuk mengajak berdebat. Tapi ketika saya tawarkan untuk melanjutkan diskusi dengan tatap muka langsung dengan anggota HT, mereka semua kabur, hilang entah kemana, bahkan ada yang tiba-tiba meng’unfriend’ saya di sosmed, padahal hubungan persahabatan itu sudah lama sekali terjalin, dan tiba-tiba terputus karena masalah sepele, yaitu “mempersilahkan agar dakwahnya di oper ke rekan yang sesama ikhwan, agar bisa lebih leluasa untuk diskusi, tidak menimbulkan fitnah jika maunya hanya diskusi dengan akhwat saja”.
Hadeh…saya benar-benar tidak paham dengan yang begini ini.

Memang sulit, sulit sekali berdakwah untuk kembali pada syariat islam di tengah-tengah masyarakat yang sudah sangat sekuler ini.

Pemisahan agama dengan kehidupan yang terjadi sudah benar-benar mengakar, karena mereka sudah ‘terbiasa’ hidup dalam kondisi seperti itu sejak kecil. Setiap segi kehidupan sudah sekuler, agama hanya diletakkan di masjid, tidak boleh dibawa-bawa keluar.

Untuk para pengemban dakwah yang membaca tulisan saya ini, saya mohon, jangan patah semangat untuk terus menyuarakan perbedaan yang haq dan yang bathil. Biarlah satu dua orang menjadi pembencimu, do’akan saja Allah membuka pintu hatinya untuk kelak menjadi orang yang terdepan membela agama Allah. Toh kita berjuang bukan untuk kepentingan golongan kan? Tapi untuk kemenangan islam. Jadi demi agama ini, mari kuatkan semangat dan tekad untuk terus berdakwah di jalan Allah. Semoga kita tetap istiqomah.

Maaf, maaf sekali. Saya berjuang untuk Allah, untuk Islam, untuk Rasulullah, bukan untuk HT atau HTI.

Di akhirat pun yg ditanya Allah bukan “bersama partai mana kamu berjuang?”, tapi “apa yg sudah kamu lakukan utk Islam?”.

Organisasi/partai hanya wadah kita untuk memperjuangkan Islam, karena berdakwah sendiri-sendiri akan terasa berat, maka perlu adanya dakwah secara berjama’ah.

Kenapa saya pilih dakwah berjama’ah bersama HTI?

Karena hanya HTI yg visi & misinya selalu istiqomah, & perjuangannya melanjutkan kehidupan Islam, perjuangannya menyambut bisyarah Rasulullah & janji Allah pun di luar parlemen.

“Perjuangan di luar parlemen”nya itu yg saya sangat salut.

Dan saya pun telah membuktikan bahwa kejelekan-kejelekan HTI yg digembar-gemborkan oleh orang-orang iri & dengki terbukti salah. Mereka hanya salah paham & hanya didoktrin oleh petinggi-petinggi mereka yg memanfaatkn kondisi serta mempropagandakan kebusukan yg ada.

Saya yakin, siapa saja yg sinis & benci dgn perjuangan HTI, bisa jd ke depannya dia menjadi garda terdepan dlm perjuangan ini. Karena Allah Maha Pembolak-balik hati.

Semoga Allah membuka mata, telinga & hati orang-orang yg benci, karena benci & cinta itu “beti” alias beda tipis.
Salam ukhuwah dari saudarimu yg tak kenal menyerah menyampaikan mana yg haq, mana yg bathil. in syaa Allah

semoga saya, dan siapapun yang telah mantap memutuskan untuk berjuang bersama jama’ah ini bisa tetap istiqomah, dan semoga akan semakin banyak lagi saudara muslim yang mau bergabung bersama kami demi memperjuangkan tegaknya khilafah dan syariat islam di bumi Allah…

Allahu Akbar !!
#KHILAFAHajaranISLAM

COMMENTS

Nama

ahok Analysis artikel Berita berita terkini Buletin al-Islam catatan Ekonomi fokus gerakan Hukum ibroh Ideologi info HTI informasi Inspirasi Kapitalisme kesehatan Khilafah khutbah jum'at klarifikasi Komentar kontra opini liberal luar negeri migas Motivasi Nasihat Nasional ngaji Opini opini islam Opini Tokoh ormas Otomotif Pemberdayaan politik Politik Islam Redaksi Renungan santai sejenak syarah hadits Syari'ah Tadabbur al-Qur’an tahun baru Teladan Trend opini tulisan Ultimatum
false
ltr
item
HALQOH NEWS: "Kenapa WHY? Dakwah selalu ALWAYS diPersekusi?"
"Kenapa WHY? Dakwah selalu ALWAYS diPersekusi?"
Persekusi Dakwah
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA1sygHxd9e-p6p7nrs9E2E2khniChJ5R63swx5yjumq3vzBGisWVkCseI1EJ0JcNPxdKK-zY4SQhWndBMBZoJL9f7qLzwjfz40aHoAvp0o_6vAYs1DoNS4dPHUK-DpFZbwKSlRoeonjU/s640/Why.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA1sygHxd9e-p6p7nrs9E2E2khniChJ5R63swx5yjumq3vzBGisWVkCseI1EJ0JcNPxdKK-zY4SQhWndBMBZoJL9f7qLzwjfz40aHoAvp0o_6vAYs1DoNS4dPHUK-DpFZbwKSlRoeonjU/s72-c/Why.jpg
HALQOH NEWS
https://halqohnews.blogspot.com/2020/05/kenapa-why-dakwah-selalu-always.html
https://halqohnews.blogspot.com/
https://halqohnews.blogspot.com/
https://halqohnews.blogspot.com/2020/05/kenapa-why-dakwah-selalu-always.html
true
3938497749471290226
UTF-8
Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy