By: abi
Nasionalisme, katamu
Lalu kau jual nafas rakyatmu
Yang hidup segan mati tak mau
Indonesia tanah air beta, teriakmu
Tapi di tanah tertancap bendera cina
Barang tambangnya sirna berganti tinta
Di air kapal-kapalnya membabi buta
Dan ikan tuna impor adanya
Sementara lautnya tawar terasa
Pancasila dasar negara, sabdamu
Dan sekularisme menghujam dikepala mu
Tuhan tak lagi esa
Sebab Harta dan tahta yang kau puja-puja
Kebinatangan kau bela-bela
Kezaliman jadi hiasan
Kebiadaban dibungkus jubah kepolosan
Persatuan tinggal coretan
Kebhinekaan berganti pedang di tangan
Menghunus siapa saja yang beda haluan
Kerakyatan jadi budak ketidakbijakan
Permusyawaratan perwakilan
Hanya gincu si pelacur jalanan
Keadilan sosial
Hanya mimpi pembawa sial
Ham dan demokrasi, mantra saktimu
Yang kau komat-kamitkan di mulut besarmu
Lalu kau sulap aspirasi jadi antipati
Kritik jadi senapan pembidik
Demonstrasi jadi ancaman bagi nkri
Shalat jumat mengganggu ketertiban
Dan kampanye pemilu yang menutup jalanan dianggap hiburan
Nkri harga mati, jargon agungmu
Tapi tiba-tiba nkri mati harga
Sebab tinggal ampas yg trsisa
Dalam tatapan nanar rakyat yang lapar
Dan pandangan nyinyir anjing-anjing kafir
Nawacita, semboyan andalanmu
Lalu kau hamparkan karpet merah utk penjajah
Kau sambut ramah para bedebah
Tak ada lagi teriakan gagah: inggris kita linggis, amerika kita seterika
Dan nawacita pun beraroma nawacina;
Begitulah nasionalisme kulit
Topeng baja kaum elit
Ginju tebal perempuan genit
Tertipulah kaum alit
Tertawalah para bandit
Jakarta, 28/11/2016