“KEPALA BUSUK “ ZUMI ZOLA

Tren Opini
By -
0

Oleh Budi Setiawan

Nama Zumi Zola kembali mencuat karena  sidaknya di malam buta di Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD)  Raden Mattaher.  Gubernur  Jambi ini dikecam sekaligus dibela ketika membanting kursi  membangunkan pegawai jaga rumah sakit itu. Zola berkilah melakukan demikian karena banyak laporan akan  buruknya pelayanan rumah sakit tersebut  Namun apabila dilihat sejarahnya, aksi Zumi Zola itu bukanlah tanpa dasar.

REPUTASI BURUK RSUD RADEN MATTAHER

Sejak lama Zumi Zola memperhatikan kinerja RSUD itu yang selalu penuh dengan skandal. Laporan media  Kabar Jambi (2016) menyebutkan  pelayanan RSUD  yang hanya selemparan batu dari kantor Gubernuran sangat memprihatinkan.  Dilaporkan, banyak dokter yang justru buka praktek disaat jam kerja hingga pasien lebih banyak di periksa oleh dokter umum ketimbang spesialis.

Media ini juga melaporkan banyak pasien yang tidak mampu ditolak dengan alasan ruangan penuh. Tapi jika mereka menyodorkan nota atau pesan dari salah satu pejabat daerah, ruangan segera tersedia.  Sikap para perawat juga dilaporkan tidak sopan dan sering membentak. Puncak dari buruknya pelayanan RSUD itu adalah kematian seorang warga Jambi yang disebut-sebut karena mal praktek.

RSUD Raden Mattaher juga diberi rapor merah oleh Komisi Ombudsman. Tahun kemarin lembaga ini   menyoroti kondisi rumah sakit itu yang mirip pasar. Para pedagang bahkan bisa masuk ke ruang-ruang rawat. Catatan buram ini  seolah “ menyempurnakan’  temuan Kementerian Lingkungan Hidup  tahun 2015  tentang buruknya pengelolaan limbah RSUD ini. Sejak 2013 tercium bau busuk dan ditemukan jarum suntik di Danau Sipin yang letaknya bersebelahan dengan rumah sakit tersebut.’

Karut Marut  RS ini tidak terlepas dari perilaku korup pengelolanya. Tahun 2015, Direktur Utama rumah sakit ini dipenjara akibat korupsi pengadaan genset.  Tahun 2016, sejumlah petinggi rumah sakit itu diperiksa Kejaksaan atas dugaan  korupsi pengadaan alat-alat kesehatan senilai 14 milyar. Konon kabarnya, dana sebesar itu sudah dicarikan namun yang dibayarkan ke rekanan hanya 30 persen saja. Bahkan ada yang dibayar dengan cek kosong.

Kasus korupsi inilah yang menyebabkan jabatan Direktur Utama RSUD Raden Mattaher lowong sampai sekarang.  Gubernur  Zola melakukan terobosan dengan melelang jabatan tersebut bersama tiga jabatan strategis lainnya, yakni Kepala Dinas Pendapatan Daerah Asisten II Setda  dan Direktur SDM RSUD Raden Mattaher.

REFORMASI BIROKRASI

Lelang jabatan ini merupakan bagian dari upaya Gubernur Zumi Zola melakukan reformasi birokrasi di Jambi. Dia tahu benar bahwa ikan busuk kepalanya dahulu bukan ekornya. Karenanya , belum genap setahun dia memerintah, Zola memecat 31 pejabat eselon II dan eselon III serta melantik seratusan pejabat baru pada Desember lalu.  Pemecatan dan pengangkatan pejabat baru itu juga menyasar RSUD Raden Mattaher. Dia memecat 59 karyawan honorer RSUD dan mengangkat pejabat sementara direktur rumah sakit karena tidak juga ada perbaikan.

Jadi  blusukan  Zumi Zola pada 20 Januari lalu adalah buntut dari upaya reformasi birokrasi yang dilakukannya. Hanya saja  harus diakui caranya memang agak kasar. Mungkin didunia ini hanya Zumi Zola yang melakukan sidak ke rumah sakit dan mengamuk. Kecaman demi kecaman  terus  berdatangan dari berbagai pihak. Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) menyebut Zumi Zola melecehkan profesi dokter karena dilakukan seperti penggrebekan narkoba.

Disatu pihak, blusukan itu mendapatkan dukungan luas masyarakat Jambi yang merasakan pelayanan rumah sakit itu memang buruk. Dimata mereka, upaya Zumi Zola merupakan jawaban atas kekesalan mereka selama ini.  Mereka juga mengerti bahwa gebrakan Gubernur ganteng  itu adalah semata untuk memotong habis kepala busuk jajaran manajemen yang membuat rumah sakit terbesar di Jambi terus dalam masalah.

ZUMI ZOLA DAN POLITIK DINASTI

Dalam skala nasional,  Zumi Zola adalah satu-satunya mantan selebriti  yang gemilang menjadi pemimpin daerah. Lulusan IPB ini sebelumnya menjabat sebagai Bupati Tanjung Jabung Tmur. Zola yang kini berusia 36 tahun itu mewarisi bakat ayahnya Zulkifli Nurdin yang pernah menjabat sebagai  Gubernur Jambi selama dua periode berturut-turut. Dia dilantik  tanggal 12 Februari 2016.

Terlepas dari predikatnya sebagai penerus dinasti politik, Zola terlihat beda.  Manakala banyak  penerus dinasti politik terjungkal oleh kasus korupsi seperti di Banten atau Klaten, Zona terlihat bersih rekam jejaknya.  Catatannya sebagai  Bupati  terbilang mengesankan. Dialah yang menyegel pengeboran minyak PT. Petrochina yang tanpa izin. Zola juga melakukan disiplin anggaran dengan belanja pegawai APBD hanya maksimal 40 persen dan 60 persennya untuk pembangunan.  Dari dana ini, Zola bisa membeli traktor dan eskavator untuk ditempatkan di masing-masing kecamatan  untuk menangggulangi bencana kebakaran hutan.

Tentang  kontroversi ngamuknya sang Gubernur, kita sepakat  dia agak berlebihan.  Dia  lupa disaat  memotong kepala busuk dia harus mengelus ekornya dengan penuh pengertian dan kasih sayang dengan membina komunikasi dengan jajaran operasional rumah sakit tersebut, termasuk para dokter dan perawat. Apa yang sebenarnya mereka inginkan dan keluhkan.

Diluar itu, Zola hanyalah seorang Gubernur yang sedang berjuang keras melakukan perbaikan di propinsinya yang birokrasinya boleh disamakan dengan judul film yang pernah dibintanginya, Disini Ada Setan.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)